Halaman

Kamis, 18 April 2013

GEOGRAFI : SENSUS PENDUDUK

SENSUS PENDUDUK

1. Sensus Penduduk
Sensus adalah penghitungan jumlah penduduk, ekonomi, dan sebagainya yang dilakukan oleh pemerintah dalam jangka waktu tertentu, dilakukan secara serentak, dan bersifat menyeluruh dalam suatu batas negara untuk kepentingan demografi negara yang bersangkutan. Pada pelaksanaannya, metode pencatatan atau sensus yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu metode householder dan metode canvaser.

a. Metode Householder
Pada metode ini, pengisian daftar pertanyaan tentang data kependudukan diserahkan kepada penduduk atau responden, sehingga penduduk diberi daftar pertanyaan untuk diisi dan akan diambil kembali beberapa waktu kemudian. Metode semacam ini hanya dapat dilakukan pada daerah yang tingkat pendidikan penduduknya relatif tinggi, karena mereka mampu memahami dan menjawab setiap pertanyaan yang diserahkan kepada mereka.

b . Metode Canvaser
Pada metode ini, pengisian daftar pertanyaan tentang data kependudukan dilakukan oleh petugas sensus dengan cara mendatangi dan mewawancarai penduduk atau responden secara langsung. Petugas sensus mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuai daftar dan penduduk yang didatangi menjawab secara lisan sesuai dengan keadaan atau kondisi yang sebenarnya. Adapun berdasarkan status tempat tinggal penduduknya, sensus dapat dibedakan menjadi sensus de facto dan sensus de jure.

A. Sensus De Facto
Pada metode ini, pencatatan dilakukan oleh petugas pada setiap orang yang ada di daerah tersebut pada saat sensus diadakan. Metode sensus ini tidak membedakan antara penduduk asli yang menetap ataupun penduduk yang hanya tinggal sementara waktu.

B . Sensus De Jure
Pada metode ini, pencatatan penduduk dilakukan oleh petugas hanya untuk penduduk yang secara resmi tercatat dan tinggal sebagai penduduk di daerah tersebut pada saat dilakukannya sensus, sehingga dapat dibedakan antara penduduk asli yang menetap dan penduduk yang hanya tinggal untuk sementara waktu atau yang belum terdaftar sebagai penduduk setempat. Dengan menggunakan sensus de jure, penduduk yang belum secara resmi tercatat sebagai penduduk di daerah tersebut tidak disertakan dalam penghitungan.

Di Indonesia, pada umumnya sensus penduduk dilakukan dengan metode canvaser dengan mengombinasikan antara sensus de facto dan sensus de jure. Bagi mereka yang bertempat tinggal tetap dipakai cara de jure, sedangkan untuk yang tidak bertempat tinggal tetap dicacah dengan cara de facto. Sensus penduduk perlu dilakukan agar pemerintah memiliki data kependudukan yang up to date (sesuai perkembangan zaman), sehingga pemerintah dapat:
- mengetahui perkembangan jumlah penduduk,
- mengetahui tingkat pertumbuhan penduduk,
- mengetahui persebaran dan kepadatan penduduk,
- mengetahui komposisi penduduk (berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur, mata pencaharian, dan sebagainya),
- mengetahui arus migrasi, serta
- merencanakan pembangunan sarana dan prasarana sosial sesuai dengan kondisi kependudukan daerah.

2. Registrasi Penduduk
Selain melalui sensus data kependudukan juga dapat diperoleh melalui registrasi. Sistem registrasi penduduk merupakan suatu sistem registrasi yang dilaksanakan oleh pemerintah setempat yang meliputi pencatatan kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian, perubahan tempat tinggal atau perubahan pekerjaan. Tujuan registrasi penduduk yaitu sebagai suatu catatan resmi dari peristiwa tertentu dan sebagai sumber yang berharga bagi penyusunan yang langsung dapat digunakan dalam proses perencanaan kemasyarakatan. Di Indonesia, sistem registrasi tidak dilakukan oleh satu departemen tetapi oleh beberapa departemen. Misalnya peristiwa kelahiran dicatat oleh Departemen Dalam Negeri, kematian oleh Departemen Kesehatan, migrasi penduduk oleh Departemen Kehakiman. Data-data tersebut kemudian dihimpun oleh Badan Pusat Statistik dan diterbitkan dalam seri registrasi penduduk.

3 . Survei Penduduk
 Hasil sensus dan registrasi penduduk masih mempunyai keterbatasan karena hanya menyediakan data statistik kependudukan dan kurang memberikan informasi, tentang sifat dan perilaku penduduk tersebut. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, maka perlu dilaksanakan survai penduduk yang sifatnya lebih terbatas dan informasi yang dikumpulkan lebih luas dan lebih mendalam. Pada umumnya survai kependudukan ini dilaksanakan dengan sistem sampel atau dalam bentuk studi kasus.
Mengingat pelaksanaan sensus yang dilakukan hanya tiap 10 tahun, maka untuk memperoleh data yang up to date dengan segera, pemerintah mengadakan penghitungan penduduk di luar jadwal sensus, misalnya dengan melakukan Survai Penduduk Antarsensus (Supas) dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Jenis-jenis pencatatan penduduk tersebut pada dasarnya untuk mengetahui permasalahan kependudukan dari segi kuantitas dan kualitas penduduk.

Sumber : http://slamet-triyono.blogspot.com/2009/11/sensus-penduduk.html

GEOGRAFI : MASALAH KEPENDUDUKAN

Masalah Kependudukan dan Pembangunan

A. Permasalahan
Di indonesia tinggkat kelahiran lebih tinggi dan ini berdampak pada pengangguran dan lapangan pekerjaan serta tingkat ekonomi dan kemakmuran. Karena jumlah angkatan kerja yang relatif tinggi sedangkan lapangan pekerjaan masih terbatas.
1. Kelahiran/ Natalitas
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya angka kelahiran, diantaranya:
a. Tingginya tingkat pernikahan
b. Umur nikah rata-rata rendah
c. Tingkat pendidikan yang rendah
d. Adanya tradisi yang menganjurkan terbentuknya keluarga-keluarga besar
e. Masih minimnya masyarakat yang melaksanakan program pemerintah, misalnya keluarga berencana (KB) dan menggunakan alat kontrasepsi.
Dari data-data yang tersedia dapat diperkirakan bahwa hampir 95,0% dari wanita dewasa ini telah menikah pada umur rata-rata 18 tahun dan tiap-tiap ibu yang berumur 40 tahun keatas mempunyai rata-rata lebih dari 5 orang anak yang masih hidup.
2. Kematian/ Mortalitas
Dewasa ini tingkat kematian lebih rendah dibandingkan tingkat kelahiran, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Kemajuan teknologi
b. Berkembangnya pendidikan dan pengetahuan
c. Berkembangnya penemuan-penemuan terutama di dunia kedokteran
d. Berkembangnya/ penemuan obat-obat yang dapat menghambat penyakit/ kematian
e. Adanya imunisasi sehingga seseorang tahan terhadap penyakit
f. Berhasilnya penerapan ilmu kedokteran
g. Pengobatan moderen dengan biaya yang relatif rendah
Di negara-negara maju umumnya tingkat kematian lebih minim/ rendah, hal ini dipengaruhi oleh adanya percobaan-percobaan dan kemajuan teknologi yang sangat cepat terutama dalam menghambat kematian. Berhasilnya penerapan ilmu kedokteran ini maka beberapa penyakit epidemis yang beberapa tahun lalu yang merupakan pembunuh sebagian besar penduduk, pada dewasa ini sudah dapat dikendalikan. Para ahli menduga bahwa angka kematian yang sudah berhasil diturunkan masih dapat ditekankan ke tingkat yang lebih rendah sehingga tingkat 9 per 1000 pada akhir abad ini bukanlah hal yang mustahil.
Karena tingginya angka kelahiran dalam suatu daerah dibandingkan angka kematian yang renda, maka menyebabkan masalah-masalah kependudukan, misalnya :
1. Pengangguran
Pengangguran merupakan masalah yang sangat penting dalam suatu derah tertentu karena apabila tingkat pengangguran yang tinggi maka daerah tersebut sulit untuk melakukan pembangunan. Penduduk penganggur adalah mereka yang bekerja atau sedang mencari pekerjaan menurut refrensi waktu tertentu atau mereka yang pernah bekerja (PHK). Pengangguran ini juga disebabkan oleh angka partisipasi angkatan kerja, yaitu angka yang menunjukan perbandingan antara banyaknya angkatan kerja dengan banyaknya tenaga kerja. Apabila angkatan kerja di pedesaan 53.52% sedangkan di kota 40.07%, maka di pedesaan lebih sulit mencari pekerjaan dibandingkan di perkotaan.
2. Kriminalitas
Kriminalitas merupakan dampak lanjutan dari pengangguran. Kriminalitas terjadi karena seseorang berupaya untuk memenuhi suatu kebutuhan dan karena keadaan ekonomi dan pengetahuan/ pendidikan yang demikian sangat rendah, maka ia terpaksa melakukan tindakan yang merugikan orang lain.
3. Sosial dan Ekonomi
Kita ketahui bahwa ekonomi menunjukan tingkat kesejahteraan / kemakmuran. Tingkat kesejahteraan/ kemakmuran berhubungan erat dengan hasil produksi barang dan jasa di negara yang bersangkutan. Hasil produksi ini merupakan resultan dari keadaan dan sumber alam, angkatan kerja, tingkat teknologi dan besarnya modal yang tersedia.
Selain masalah-masalah fisik, kependudukan juga berhubungan dengan bidang administrasi, sosial politik dan kewibawaan yang menunjukan adanya hambatan dalam pembangunan. Pembangunan memang berhasil dan ada hasilnya, tetapi ini tidak bearti tidak adnaya penyelewengan dan proses perusakan/ kemunduran mentalitas manusia-manusia pembangunannya. Sebab jika dulu yang dikorupsi pokok biaya proyek sehingga proyek berantakan maka sekarang dengan DUP dan DIP dapat diperinci anggaran untuk pembangunan, untuk komisi, upeti, dan lain-lain. Sehingga proyek dapat berjalan seiring korupsi dan penyelewengan lainnya.
B. Solusi
Untuk mencapai kemakmuran dan memperbaiki keadaan ekonomi, masyarakat diharapkan dapat melaksankan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah, misalnya :
1. Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk merupakan perpindahan atau gerakan penduduk secara geografis, melintas dari daerah tertentu dan dalam waktu tertentu baik itu secara permanen (migrasi), maupun non permanen (seluler)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mobilitas penduduk ini, seperti:
a. Daerah asal
1) Kesempatan kerja yang sempit
2) produktivitas lahan yang rendah
3) kondisi ekonomi/ sosial rendah
4) keterampilan tidak ada
5) upah/ gaji
b. Daerah tujuan
1) kesempatan kerja luas
2) upah tinggi
3) aksesibilitas tinggi
c. Faktor individu (keputusan individu)
2. Pemerintah
Agar masalah kependudukan dan pembangunan dapat berjalan dengan lancar, maka sebaiknya pemerintah dan masyarakat saling bekerjasama, misalnya:
1. pemerintah mensosialisasi masalah Keluarga Berencana (KB)
2. adanya upaya perbaikan pendidikan
3. peningkatan keterampilan
4. penyediaan lapangan pekerjaan
Lapangan pekerjaan dan tingkat pengangguran dapat ditekenkan apabila pendidikan tinggi, keterampilan yang dimiliki ada, maka akan dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan menyerap tenaga kerja secara optimal.

Sumber : http://maribelajargeografi.blogspot.com/2010/03/masalah-kependudukan-dan-pembangunan_2951.html

GEOGRAFI : PETA

Pengertian Peta

Peta merupakan gambaran seluruh atau sebagian permukaan bumi dalam bidang datar dengan menggunakan skala dan sistem proyeksi tertentu. Peta memberikan informasi mengenai unsur-unsur alam dan buatan di permukaan bumi, Oleh karena itu peta sangat berguna bagi kehidupan manusia karena semua aktivitas manusia berhubungan dengan permukaan bumi. Penggunaan peta bergantung pada jenis petanya sehingga informasi yang didapat berbeda-beda. Banyak yang mengatakan bahwa “ A map is worth a thousand words”. Mendapatkan informasi dari suatu peta diperlukan pengetahuan mengenai peta, agar informasi yang didapatkan benar adanya. 

Fungsi Peta

Peta memiliki beberapa fungsi di antaranya:
·         Menunjukkan posisi atau lokasi relatif suatu tempat dari suatu tempat lainnya.
·         Menunjukkan ukuran dalam pengertian jarak dan arah.
·         Menunjukkan bentuk dari unsur-unsur permukaan bumi yang disajikan.
·         Menghimpun unsur-unsur permukaan bumi tertentu dalam suatu bentuk penegasan.

Jenis Peta

Peta dapat digolongkan berdasarkan bentuknya yaitu:
  1. Peta timbul, peta jenis ini menggambarkan bentuk  permukaan bumi yang sebenarnya, misalnya peta relief.
  2. Peta datar (peta biasa), peta umumnya yang dibuat pada bidang datar, misalnya kertas, kain atau kanvas.
  3. Peta digital, peta digital adalah peta yang datanya terdapat pada suatu pita magnetik atau disket, sedangkan pengolahan dan penyajian datanya menggunakan komputer. Peta digital dapat ditayangkan melalui monitor komputer atau layar televisi. Peta digital ini hadir seiring perkembangan teknologi komputer dan perlatan digital lainnya.
Penyajian gambaran permukaan bumi pada suatu peta datar dapat digolongkan dalam dua jenis bayangan grafis yaitu:
  1. Peta Garis, bayangan permukaan bumi pada peta terdiri atas garis, titik, dan area yang dilengkapi teks dan simbol sebagai tambahan informasi.
  2. Peta Citra/Foto, bayangan permukaan bumi disajikan dalam bentuk citra/foto yang merupakan informasi berasal dari sensor. 
Data dan informasi yang disajikan pada suatu peta tergantung maksud dan tujuan pembuatannya, sehingga peta dapat dibedakan atas:
  1. Peta Topografi, peta yang menyajikan berbagai jenis informasi unsur-unsur alam dan buatan permukaan bumi dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan pekerjaan. Peta topografi dikenal juga sebagai peta dasar, karena dapat digunakan untuk pembuatan peta-peta lainnya.  
       Contoh peta yang digolongkan sebagai peta topografi:

  • Peta planimetrik, peta yang menyajikan beberapa jenis unsur permukaan bumi tanpa penyajian informasi ketinggian.
  • Peta kadaster/pendaftaran tanah, peta yang menyajikan data mengenai kepemilikan tanah, ukuran, dan bentuk lahan serta beberapa informasi lainnya.
  • Peta bathimetrik, peta yang menyajikan informasi kedalaman dan bentuk dasar laut.    
   2.    Peta Tematik, peta yang menyajikan unsur/tema tertentu permukaan bumi sesuai dengan keperluan  
          penggunaan peta tersebut. Data tematik yang disajikan dapat dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif.   
     
     Contoh peta yang digolongkan sebagai peta tematik
  • Peta diagram, pada peta ini subyek tematik yang berelasi disajikan dalam bentuk diagram yang proporsional.
  • Peta distribusi, pada peta ini menggunakan simbol titik untuk menyajikan suatu informasi yang spesifik dan memiliki kuantitas yang pasti.
  • Peta isoline, pada peta ini menyajikan harga numerik untuk distribusi yang kontinu dalam bentuk garis yang terhubung pada suatu nilai yang sama.
 
Jenis peta berdasarkan skalanya
  1. Peta skala besar, berskala antara 1 : 5000 s.d 1 : 25.000. Digunakan untuk menggambarkan wilayah-wilayah yang relatif tidak luas seperti wilayah suatu kelurahan atau kecamatan. Peta teknik termasuk dalam peta skala besar dengan skala antara 1 : 100 s.d  1 : 5.000. 
  2. Peta skala menengah, berskala antara 1 : 25.000 s.d 1 : 100.000. Digunakan untuk menggambarkan daerah-daerah yang agak luas seperti wilayah suatu propinsi.
  3. Peta skala kecil, berskala antara 1 : 100.000 s.d 1 : 1.000.000. Digunakan untuk menggambarkan daerah-daerah yang cukup luas biasanya berupa wilayah propinsi dan negara.

Komponen Peta

1. Judul peta
Peta harus diberi judul yang mencerminkan isi dan jenis peta yang akan ditunjukkan. Judul peta biasanya diletakkan di bagian tengah  atas peta.
2Penunjuk arah
Penunjuk arah atau mata angin digunakan sebagai petunjuk arah atau orientasi peta. Tanda ini biasanya diletakkan di sebelah kiri atas atau di tempat kosong agar tidak mengganggu induk petanya.
3. Garis kerangka dan garis tepi peta
Pada setiap peta umumnya disajikan garis-garis kerangka dan garis tepi peta. Garis kerangka merupakan garis-garis yang terdapat pada muka peta. Garis tepi peta merupakan garis yang membatasi wilayah yang dipetakan, pada umumnya dibuat rangkap dua, kolom tengahnya digunakan untuk penulisan koordinat dan waktu pada wilayah peta tersebut. Penyajian garis kerangka dan garis tepi peta biasanya dalam bentuk garis gratikul dan atau garis grid
Penggunaan garis gratikul biasanya untuk peta skala kecil dan peta skala besar biasanya menggunakan garis grid. Perpotongan dua garis gratikul merupakan pernyataan posisi lintang dan bujur suatu titik di permukaan bumi  
4. Sumber data dan tahun pembuatan peta
Sumber data diperlukan untuk mengetahui sumber peta tersebut diperoleh dan tahun pembuatan peta berguna untuk mengetahui waktu pembuatan peta, terutama pada peta-peta yang menggambarkan keadaan wilayah yang cepat berubah.  
5. Inset.  
Inset ialah gambar peta yang berada di luar peta pokok tetapi masih berada dalam garis tepi dengan ukuran yang lebih kecil. Inset berfungsi sebagai petunjuk lokasi suatu daerah terhadap daerah sekitarnya yang lebih luas. 
6. Skala peta
Skala peta adalah perbandingan antara jarak pada peta dengan jarak horizontal sebenarnya di lapangan 
Berdasarkan jenisnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
  1. Skala angka atau numeris, yaitu skala yang dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat atau pecahan. Contoh: 1: 25.000 berarti 1 cm jarak peta = 25.000 cm (250m) jarak yang sebenarnya di lapangan. 
  2. Skala grafis. Contoh: berarti tiap bagian sepanjang blok garis mewakili 1 km jarak sebenarnya.
7. Legenda
Legenda adalah kolom keterangan yang berisi tentang simbol-simbol pada peta  yang  digunakan agar lebih mudah dipahami pembaca. Pada umumnya diletakkan di sudut kiri bawah peta.
 

8. Simbol peta
Simbol peta merupakan tanda-tanda khusus yang umum digunakan untuk mewakili keadaan sebenarnya. Simbol peta dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :

  • Simbol titik, dapat dibedakan atas 3 yaitu :
  1. Simbol piktoral (simbol gambar), yaitu simbol yang berupa gambar seperti keadaan sebenarnya.
  2. Simbol geometrik, yaitu simbol yang berupa bangun matematika.
  3. Simbol huruf, yaitu simbol yang dibuat dalam bentuk huruf yang diambil huruf pertama atau kedua dengan nama unsur yang digambarkan.
  • Simbol Garis. Simbol pada peta yang menggunakan garis untuk menunjukkan suatu objek di permukaan bumi. Garis juga digunakan untuk menunjukkan perbedaan tingkat kualitas, yang dikenal dengan isolines. Berikut ini macam-macam isolines:
  1. Kontur yaitu garis yang menunjukkan ketinggian yang sama.
  2. Isohyet yaitu garis dengan jumlah curah hujan sama.
  3. Isobar yaitu garis dengan tekanan udara sama
  4. Isogon yaitu garis dengan deklinasi magnet yang sama.
  5. Isoterm yaitu garis dengan angka suhu sama.
  6. Isopleth yaitu garis yang menunjukkan angka kuantitas yang bersamaan.
  • Simbol Wilayah. Simbol dalam peta yang digunakan untuk menunjukkan objek di permukaan bumi dalam bentuk area atau luasan tertentu. Simbol ini umumnya melambangkan unsur-unsur permukaan bumi seperti permukiman, areal pertanian, perkebunan, dan lain sebagainya.
  • Simbol Warna. Biru: simbol perairan , misalnya sungai, danau, dan laut. Hijau: simbol vegetasi, dataran rendah, dan hutan. Cokelat: simbol untuk kontur, daerah pegunungan.. Kuning: simbol untuk daerah kering, daerah dataran tinggi. Merah: simbol untuk daerah yang panas dan unsur peta yang penting lainnya, misalnya jalan,kota. Hitam: simbol untuk penamaan objek pada peta, misalnya judul peta, nama kota, gunung laut, dan semua unsur-unsur geografi. Simbol warna biasanya digunakan untuk mempertegas informasi suatu daerah, umumnya digunakan pada peta berwarna. 
Sumber : http://geografi-geografi.blogspot.com/2012/06/peta-dan-pemanfaatannya.html

GEOGRAFI : ATLAS

Atlas adalah kumpulan peta yang disatukan dalam bentuk buku, tetapi juga ditemukan dalam bentuk multimedia. Atlas dapat memuat informasi geografi, batas negara, statisik geopolitik, sosial, agama, dan ekonomi.
Atlas yang pertama kali tidak diberi nama demikian pada saat pertama kali dipublikasikan. Buku pertama yang dapat disebut atlas dibuat berdasarkan hasil perhitungan dari Claudius Ptolemaeus, seorang ilmuwan yang mempelajari geografi yang bekerja di Aleksandria pada 150 SM. Edisi pertama dipublikasikan di Bologna pada 1477 dan memiliki 27 buah peta. Ilmuwan tidak dapat memastikan apakah gambar peta-peta tersebut berasal dari peta asli yang dibuat Ptolomaeus atau dibuat oleh ilmuwan abad pertengahan berdasarkan tulisan Ptolomaues. Sejak 1544, banyak peta yang dibuat, khususnya sehubungan dengan hubungan dagang antara Roma dan Venesia. Setiap pembuat peta bekerja terpisah, menghasilkan peta berdasarkan kebutuhannya masing-masing.
Abraham Ortelius dikenal karena membuat atlas modern pertama pada 20 Mei 1570. Karyanya yang berjudul Theatrum Orbis Terrarum, memuat 53 peta yang mencakup negara-negara di dunia pada saat itu. Karyanya tersebut merupakan buku pertama dari jenisnya yang memuat dalam ukuran yang seragam. Pada saat itu, karya tersebut terbilang sukses.
Tetapi, penggunaan istilah "atlas" untuk koleksi peta belum digunakan sampai 1595 dimana Gerardus Mercator menerbitkan karyanya yang berjudul "Atlas, Sive Cosmographicae Meditationes De Fabrica Mundi ..." (Atlas, atau Deskripsi dari Dunia) (Duisburg, 1585-1595).

Syarat-syarat atlas adalah:
1. judul atlas. Berhubungan dengan isi atlas
2. daftar isi, gunanya untuk menunjukkan judul suatu peta pada halaman atlas
3. indeks adalah daftar kata atau istilah penting dalam atlas yang disusun menurut abjad

Jenis Atlas
Jenis atlas berdasarkan isinya adalah:
1. Atlas umum adalah atlas yang memuat jenis peta-peta umum
Contohnya : atlas Indonesia
2. Atlas Khusus atau tematik adalah atlas yang memuat jenis peta-peta khusus. Contohnya
atlas sejarah

Jenis atlas berdasarkan cakupan ruang adalah:
1. Atlas nasional adalah atlas yang memuat peta-peta suatu negara
2. Atlas regional adalah atlas yang memuat peta-peta di suatu kawasan (region) tertentu. Contohnya
atlas ASEAN memuat peta-peta negara-negara ASEAN
3. Atlas dunia adalah atlas yang memuat peta-peta di seluruh dunia
4. Atlas semesta adalah atlas yang melukiskan keadaan alam semesta,s eperti galaksi dan tata surya

Kegunaan Atlas
Kegunaan atlas di antaranya adalah mencari letak suatu tempat dan untukmendapatkan berbagai macam informasi, seperti informasi keadaan alam, sosial ekonomi dan budaya.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Atlas, 
http://agusimam.wordpress.com/2009/02/27/atlas/

GEOGRAFI : EL NINO DAN LA NINA

Apa itu El Nino dan La Nina serta Apa dampaknya di Indonesia?


El-Nino, menurut sejarahnya adalah sebuah fenomena yang teramati oleh para penduduk atau nelayan Peru dan Ekuador yang tinggal di pantai sekitar Samudera Pasifik bagian timur menjelang hari natal (Desember). Fenomena yang teramati adalah meningkatnya suhu permukaan laut yang biasanya dingin. Fenomena ini mengakibatkan perairan yang tadinya subur dan kaya akan ikan (akibat adanya upwelling atau arus naik permukaan yang membawa banyak nutrien dari dasar) menjadi sebaliknya. Pemberian nama El-Nino pada fenomena ini disebabkan oleh karena kejadian ini seringkali terjadi pada bulan Desember. El-Nino (bahasa Spanyol) sendiri dapat diartikan sebagai “anak lelaki”. Di kemudian hari para ahli juga menemukan bahwa selain fenomena menghangatnya suhu permukaan laut, terjadi pula fenomena sebaliknya yaitu mendinginnya suhu permukaan laut akibat menguatnya upwelling. Kebalikan dari fenomena ini selanjutnya diberi nama La-Nina (juga bahasa Spanyol) yang berarti “anak perempuan” (oseanografi.blogspot.com., 2005). Fenomena ini memiliki periode 2-7 tahun.



El-Nino (gambar di atas) akan terjadi apabila perairan yang lebih panas di Pasifik tengah dan timur meningkatkan suhu dan kelembaban pada atmosfer yang berada di atasnya. Kejadian ini mendorong terjadinya pembentukan awan yang akan meningkatkan curah hujan di sekitar kawasan tersebut. Bagian barat Samudra Pasifik tekanan udara meningkat sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan awan di atas lautan bagian timur Indonesia, sehingga di beberapa wilayah Indonesia terjadi penurunan curah hujan yang jauh dari normal (gambar di bawah).



Suhu permukaan laut di Pasifik tengah dan timur menjadi lebih tinggi dari biasa pada waktu-waktu tertentu, walaupun tidak selalu. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya fenomena La-Nina (gambar di bawah). Tekanan udara di kawasan equator Pasifik barat menurun, lebih ke barat dari keadaan normal, menyebabkan pembentukkan awan yang lebih dan hujan lebat di daerah sekitarnya.



Kejadian El-Nino tidak terjadi secara tunggal tetapi berlangsung secara berurutan pasca atau pra La-Nina. Hasil kajian dari tahun 1900 sampai tahun 1998 menunjukan bahwa El-Nino telah terjadi sebanyak 23 kali (rata-rata 4 tahun sekali). La-Nina hanya 15 kali (rata-rata 6 tahun sekali). Dari 15 kali kejadian La-Nina, sekitar 12 kali (80%) terjadi berurutan dengan tahun El-Nino. La-Nina mengikuti El-Nino hanya terjadi 4 kali dari 15 kali kejadian sedangkan yang mendahului El-Nino 8 kali dari 15 kali kejadian. Secara umum, hal ini menunjukkan bahwa peluang terjadinya La-Nina setelah El-Nino tidak begitu besar. Kejadian El-Nino 1982/83 yang dikategorikan sebagai tahun kejadian El-Nino yang kuat tidak diikuti oleh La-Nina.




Indonesia ini terletak di antara dua benua dan dua samudera. Kondisi yang menyebabkan indonesia menjadi sangat unik lokasinya. Lokai yang unik ini juga menyebabkan fluktuasi iklim, khususnya curah hujan yg juga unik. Misalnya indonesia ini merupakan lokasi terjadinya konvergensi dua buah sirkulasi utama di dunia yaitu sirkulasi walker dan sirkulasi hadley. Karena terletak di antara dua benua, maka aktifitas hangat dan dingin dikedua benua akibat dari pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o LU ke 23.5o LS setiap tahun menyebabkan negeri kita ini juga di lewati oleh angin monsoon. Trus indonesia juga di penuhi oleh gunung2, hutan, ladang yang juga unik bentuknya. Semua itu mempengaruhi hujan di indonesia. Apa hubungannya dengan El Nino dan La Nina? Akibat dari interaksi semuanya itu menyebabkan pengaruh El Nino dan La Nina semua tempat di Indonesia berbeda2.

Contohnya saja di Bali. Pengaruh fluktuasi nilai indeks osilasi selatan yang menggambarkan kejadian El Nino/La Nina antara bagian selatan dan utaranya. Karena di tengah2 pulau Bali ada gunung yang membentang dari timur ke barat (As-syakur, 2007). Aldrian and Susanto (2003) juga menyimpulkan bahwa pengaruh El Nino/La Nina juga berbeda pada setiap daerah dengan pola hujan yang berbeda, dimana di daerah dengan polah hujan monson pengaruh fenomena iklim ini kuat, pada daerah berpola hujan equatorial pengaruhnya lemah, sedangkan pada daerah berpola hujan lokal tidak jelas. Hasil yang sama juga di ungkapkan oleh Hamada et al. (2002), walaupun Hamada et al. membagi pola hujan di Indonesia dengan 4 pola yang berbeda, tapi intinya dia jua mengungkapkan bahwa setiap daerah dengan pola hujan yang berbeda, responnya terhadap El Nino/La Nina juga berbeda-beda. gambar di bawah adalah pola spasial efek El Nino 1997/1998 terhadap curah hujan di dunia (Bell et al., 1999) (klik untuk memperbesar). bila di lihat dari gambar tersebut terlihat penurunan hujan di indonesia sangat drastis saat El Nino 97/98.

Penurunan hujan di indonesia sangat drastis saat El Nino 97/98.


Artikel yang menarik untuk melihat distribusi efek El Nino ini secara lengkap khususnya kejadian El Nino 1997 adalah publikasinya Gutman et al. (2000) yang berjudul Using NOAA/AVHRR Products to Monitor El NiƱo Impacts: Focus on Indonesia in 1997–98 dan diterbitkan di Bulletin of the American Meteorological Society No. 81. Beliau merangkum banyak hal disitu mulai dari kondisi sebaran SST saat itu dan efeknya terhadap sebaran hujan (Gambar di atas, klik untuk memperbesar), bagaimana sebaran kekeringan, sebaran kebakaran hutan, sebaran suhu permukaan daratan serta tutupan vegetasi. Secara umum kesimpulan beliau adalah pada saat El Nino suhu permukaan laut meningkat, periode kekeringan yang berkepanjangan, dengan keadaan jumlah awan, curah hujan serta uap air yang rendah. Akibatnya fluktuasi penyerapan gelombang pendek dan kehilangan gelombang panjang adalah meningkat secara signifikan.

Karena saat awal kejadian El Nino biasanya bertepatan dengan masa pembakaran lahan pertanian di daerah-daerah yang melakukan sistem perladangan berpindah, maka kondisi tersebut menyebabkan timbulnya kebakaran serta banyak menghasilkan asap yang sebarannya sangat luas serta dengan konsentrasi yang tinggi dan waktu tinggal asap tersebut di udara yang cukup lama. Hal ini menyebabkan turunnya tingkat kesehatan disekitar. Selain itu juga menyebabkan bentuk dan jumlah butiran2 air di awan juga berubah. Pada bidang pertanian kejadian El Nino menyababkan penurunan rata-rata kehilangan peluang produksi pangan selama tahun 1968-2000 sekitar 1.79 juta ton atau sekitar 3.06 % dari seluruh peluang produksi pangan (Irawan, 2006).

pengaruh umum El Nino di perairan laut Indonesia adalah mendinginnya suhu permukaan laut di sekitar perairan indonesia akibat dari tertariknya seluruh masa air hangat ke bagian tengah samudra pasifik. akibat buruk dari kondisi ini adalah berkurangnya produksi awan di wilayah indonesia yang sudah pasti efek sampingnya adalah menurunnya curah hujan, tapi segi positifnya adalah meningkatnya kandungan klorofil-a di perairan laut indonesia. sudah menjadi rahasia umum bahwa semakin rendah suhu permukaan laut, maka kandungan klorofil-a semakin tinggi serta akibat lainnya adalah kemungkian terjadinya proses upwelling semakin besar di sekitar perairan indonesia. keadaan ini menyebabkan meningkatnya pasokan makanan ikan, jumlah ikan di sekitar perairan lebih banyak dari biasanya dan yang ujung-ujungnya mampu meningkatkan pendapatan para nelayan.

Sangat sedikit sekali bahan yang menjelaskan dampak La Nina di indonesia. Cuman dapat di Bell et al. (1999 dan 2000) yang mengatakan bahwa La Nina menyebabkan curah hujan di indonesia meningkat pada saat musim kemarau serta menyebabkan majunya awal musim hujan. akan tetapi hasil penelitian baru-baru ini memperlihatkan pola spasial anomali hujan saat La Nina 1998 serta saat awal La Nina 2010. hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa fenomena La Nina 1998  di mulai pada saat bulan April dan mulai berkurang dampaknya terhadap anomali curah hujan di Indonesia pada bulan November serta puncak kejadian terjadi pada bulan Agustus dan September.  selain itu, pola spasial anomali hujan saat La Nina ternyata bergerak secara dinaims yang dimana pada saat awal kejadian La Nina dampaknya di Indonesia akan di mulai di daerah selatan Indonesia dan berakhir di daerah timur Indonesia (As-syakur, 2010).  awal kejadian La Nina 2010 pun di mulai pada bulan April dan peningkatan curah hujan di mulai di rasakan juga oleh wilayah Indonesia bagian selatan (As-syakur dan Prasetia, 2010).  peningkatan curah hujan saat kejadian La Nina 1998 dan 2010 bisa mencapai di atas 300 % dari curah hujan normal (Gambar di bawah).  untuk lebh lengkapnya tentang fenomena ini, saya kan menulisnya pada artikel berikutnya berupa gabungan dari kedua paper tersebut. karena cenderung meningkatkan curah hujan pada musim kemarau serta majunya awal musim hujan tersebut, menjadikan efek La Nina bisa bersifat positif seperti naiknya rata-rata produksi pangan sebesar 521 ribu ton atau 1.08 % dari total rata-rata produksi (Irawan, 2006). kondisi wilayah laut indonesia juga terjadi sebaliknya dari kondisi La Nina. laut menjadi lebih hangat dari biasanya, pasokan klorofil-a menurun sehingga nelayan pun ikut merasakan dampaknya yaitu berkurangnya hasil tangkapan ikan.

Menurut Aldrian (2003) dan As-syakur (2010) pengaruh ENSO (El Nino/La Nina) di Indonesia di mulai pada bulan april dan akan mencapai puncak pada bulan agustus dan september serta terus menurun sampai bulan November/Desember. Akan tetapi setiap para peneliti di dunia menarik kesimpulan yang sama bahwa efek ENSO pada setiap kejadian tidak akan pernah sama karena kompleksnya interaksi antara atmosfer dan laut, berbeda-bedanya pengaruh dominan dari faktor-faktor penyebab ENSO, serta adanya pengaruh lokal yang berbeda-beda pada setiap kejadian ENSO.

Sumber : http://geografiuntukmu.blogspot.com/2011/04/apa-itu-el-nino-dan-la-nina-serta-apa.html#more



Selasa, 16 April 2013

SOSIOLOGI : Nilai dan Norma Sosial Dalam Proses Sosialisasi

1.    Lembaga-Lembaga Sosialisasi
Proses sosialisasi sebetulnya berawal dari dalam keluarga. Bagi anak-anak yang masih kecil, situasi dunia adalah keluarganya sendiri. Persepsi mereka mengenai dirinya, dunia, dan masyarakat di sekelilingnya secara langsung dipengaruhi oleh sikap serta keyakinan keluarga mereka. Keluarga mengajarkan nilai-nilai yang kemudian dimiliki oleh individu dan berbagai norma yang mesti dilakukan oleh seseorang.
Orang tua kaum buruh akan memberikan nilai tinggi terhadap kepatuhan, disiplin, kebersihan, rasa hormat, dan keselarasan dengan patokan perilaku tradisional. Sedangkan keluarga golongan menengah mendorong anaknya untuk bersikap inovatif serta diarahkan agar berjiwa pemimpin. Semua itu dimaksudkan agar kamu dapat berperilaku tepat sesuai dengan harapan masyarakat. Pembelajaran oleh ayah dan ibumu tersebut menjadi bukti bahwa keluarga merupakan salah satu lembaga sosialisasi.
Sosialisasi dalam keluarga tidak hanya dilakukan oleh ayah dan ibu saja. Anggota keluarga lainnya dapat berperan aktif pula sehingga nilai dan norma sosial tidak hanya diperoleh seorang anak dari kedua orang tua saja. Bruce J. Cohen (1992) mengungkapkan bahwa keluarga merupakan salah satu lembaga sosialisasi bagi individu.
Nilai sosial dan norma sosial juga dipelajari individu dari lembaga pendidikan tempat dia belajar. Sekolah menjadi salah satu agen sosialisasi bagi individu karena belajar di sekolah merupakan tuntutan kemajuan masyarakat, dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern. Pada masyarakat tradisional, fungsi pendidikan diemban oleh keluarga. Namun pada masyarakat modern, fungsi pendidikan dijalankan oleh sekolah. Begitu pentingnya sekolah sebagai media sosialisasi sehingga profesi penting dalam masyarakat seperti dokter, insinyur, atau ahli hukum ditentukan oleh berhasil tidaknya seseorang menjalani pendidikan di sekolah.
Selain kedua lembaga sosialisasi tersebut, teman sepermainan ternyata berperan besar dalam sosialisasi. Yang dimaksud dengan teman sepermainan adalah teman-teman yang sebaya dan berinteraksi secara intensif denganmu.
Walaupun teman sepermainan bertujuan utama untuk rekreasi, namun mereka berpengaruh besar terhadap perkembangan pribadimu. Di kelompok ini individu tanpa sadar belajar berbagai hal yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Individu bebas berinteraksi tanpa pengawasan langsung dari orang tua, guru, atau orang lain. Nah, sering remaja seusiamu mengenal hal-hal buruk dari teman sepermainan pula. Misalnya, mengonsumsi narkoba atau melakukan kehidupan seks bebas.
Sosialisasi juga berlangsung melalui media massa. Media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, tabloid, film, dan lain-lain menyajikan model peran yang dapat ditiru oleh individu untuk membangun jati dirinya. Perilaku masyarakat pun dapat berubah karena tayangan media massa. Dengan demikian, media massa dapat memperkuat ataupun merusak norma-norma melalui penyajian informasi yang seolah-olah mewakili gambaran masyarakat yang benar.
2.    Ketidaksepadanan Pesan Lembaga Sosialisasi
Jika ada teman yang membolos sekolah, apakah yang terlintas di benakmu? Sebagian besar kalian menganggap tindakan membolos sekolah merupakan perbuatan yang tidak baik. Ini tidak sesuai dengan pesan yang diberikan orang tua tatkala kita berpamitan mau berangkat sekolah. Coba kalian ingat pesan beliau. Tentu tidak ada ayah dan ibu yang menyarankan anaknya untuk membolos. Meninggalkan pelajaran tanpa izin juga tidak sesuai dengan peraturan sekolah. Perhatikan tata tertib sekolah lebih rinci. Kalian pasti tidak akan menemukan aturan yang membenarkan tindakan bolos sekolah.
Sering siswa mendapatkan ide untuk meninggalkanbpelajaran tanpa izin dari pergaulannya dengan teman. Berkumpul dengan teman sepermainan memang mengasyikkan. Banyak hal yang dapat diungkapkan dan dilakukan bersama teman sepermainan. Ini disebabkan karena adanya hubungan yang akrab di antara anggotanya. Dalam hubungan yang akrab itulah sering muncul ide untuk melakukan tindakan yang tidak lazim, bahkan melanggar nilai dan norma sosial. Membolos sekolah contohnya. Bersama teman sepermainan, mereka meninggalkan pelajaran tanpa izin.
Keluarga, sekolah, dan teman sepermainan merupakan lembaga-lembaga sosialisasi. Namun, berpijak pada fenomena bolos sekolah, kalian mengetahui adanya ketidaksamaan pesan yang disampaikan suatu lembaga sosialisasi dengan lembaga sosialisasi yang berbeda. Sesuatu yang diajarkan keluarga dan sekolah ternyata berbeda dengan yang diajarkan teman sepermainan. Hal semacam itu dapat pula ditemukan ketika membanding-bandingkan pesan dari lembaga-lembaga sosialisasi yang lain. Kelakuan yang dilarang keluarga maupun sekolah, seperti merokok, mabuk-mabukan, pelanggaran susila, atau penyalahgunaan narkoba bisa saja dipelajari individu dari lembaga sosialisasi lain seperti media massa.
Individu yang mendapat pesan berbeda atau bahkan bertentangan cenderung mengalami konflik pribadi. Lahirnya konflik pribadi itu disebabkan karena dia merasa diombang-ambingkan oleh lembaga sosialisasi yang berlainan sehingga tidak mempunyai pedoman sikap yang mantap. Misalnya, sekolah berusaha mendorong siswa untuk menaati aturan sekolah, mengukir prestasi, dan berlaku jujur. Akan tetapi, ada teman sepermainan yang mendorong siswa untuk berbuat curang saat ujian atau memalsukan tanda tangan teman pada daftar hadir. Siswa tersebut akan sulit bersikap secara tepat. Ketika dia bertindak seperti yang dipelajari dari keluarga dan sekolah, dia mungkin akan dikucilkan teman sepermainan. Namun, ketika dia bertindak seperti yang dipahamkan oleh teman-teman sepermainan, dia akan dikecam oleh keluarga dan sekolah.
Konflik pribadi pun akan terjadi manakala seseorang tengah menjalani sosialisasi untuk menjalankan peran baru, namun aturan-aturan baru yang disosialisasikan berbeda dengan aturan yang sudah pernah dipahami. Misalnya, seseorang bertugas sebagai petugas pemeriksa pajak. Selama belajar di kampus, orang tersebut aktif di organisasi keagamaan sehingga dia berhasil menumbuhkan sikap antikorupsi. Dia berjanji kepada diri sendiri untuk tidak melakukan korupsi selama bekerja nanti. Akan tetapi setelah memasuki dunia kerja,dia menemui lingkungan kerja yang lekat dengan budaya korupsi. Kadang kala justru tawaran korupsi dibuka oleh perusahaan-perusahaan yang memanipulasi datanya agar dapat membayar pajak lebih murah. Sebagian rekan yang lain merasa bahwa tindakan korupsi adalah hal lumrah. Bahkan itu dianggap sebagai bagian dari pekerjaan yang dilakoni. Tawaran itu pun akhirnya datang kepada orang yang antikorupsi. Dia mengalami konflik pribadi yang menghadapkannya pada dua pilihan. Apabila mempertahankan sikapnya yang antikorupsi, dia akan disingkirkan dari lingkungan kantor. Kondisi ini akan mendatangkan kesulitan baginya dalam menyelesaikan tugas. Kariernya pun terhambat. Sedangkan jika dia berkompromi dengan teman-teman yang lain, diaharus mengubah nilai dan norma antikorupsi yang sudah tertanam di jiwanya.
Sejumlah ahli menggolongkan sosialisasi ke dalam dua kelompok, yaitu sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatif. Sosialisasi represif menekankan pada kepatuhan individu terhadap nilai dan norma sosial yang berlaku. Untuk mendapatkan kepatuhan setiap orang, maka hukuman yang membuat jera dianggap sebagai jalan keluarnya. Agar tidak dijatuhi hukuman, warga kemudian bersikap sesuai aturan.
Berbeda halnya dengan sosialisasi partisipatif. Di sini warga diharapkan mematuhi nilai dan norma sosial karena dia memahami arti penting kedua hal tersebut. Dengan demikian, kepatuhan warga dibangun bukan di atas rasa takut terhadap hukuman, melainkan dibangun di atas kesadaran akan keutamaan nilai dan norma sosial tersebut. Sosialisasi partisipatif berusaha membangun kesadaran setiap individu.
Ketika kita membandingkan kedua sosialisasi itu, kita dapat menemukan bahwa sosialisasi partisipatif lebih unggul daripada sosialisasi represif. Sosialisasi represif hanya melahirkan kepatuhan semu warga masyarakat terhadap aturan yang berlaku. Bahkan tidak jarang sosialisasi represif juga membawa penyesalan panjang.

Sumber : http://www.siswapedia.com/nilai-dan-norma-sosial-dalam-proses-sosialisasi/

GEOGRAFI : ANGGAPAN TENTANG JAGAT RAYA DAN ALAM SEMESTA

Sejak zaman dahulu manusia telah dibuat takjub dengan berbagai fenomena yang ada di alam semesta. Berbagai fenomena alam tersebut menyebabkan timbulnya keingintahuan untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di benak manusia. Mengapa bintang hanya terlihat pada malam hari dan matahari bersinar pada siang hari? Mengapa matahari terbit di timur dan bukan di barat? Apakah Bumi dikelilingi matahari? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lain yang timbul.
Berikut ini adalah anggapan-anggapan manusia tentang jagat raya dan alam semesta sejak dahulu hingga sekarang.

a. Anggapan Antroposentris atau Egosentris
Anggapan ini dimulai pada tingkat awal manusia atau pada masa manusia primitif yang menganggap bahwa manusia sebagai pusat alam semesta. Pada waktu menyadari ada Bumi dan langit, manusia menganggap matahari, bulan, bintang, dan Bumi serupa dengan hewan, tumbuhan, dan dengan dirinya sendiri.

b. Anggapan Geosentris
Anggapan ini menempatkan Bumi sebagai pusat dari alam semesta. Geosentris (geo = Bumi; centrum = titik pusat). Anggapan ini dimulai sekitar abad VI Sebelum Masehi (SM), saat pandangan egosentris mulai ditinggalkan. Salah seorang yang mengemukakan anggapan geosentris adalah Claudius Ptolomeus. Ia melakukan observasi di Alexandria, kota pusat budaya Mesir pada masa lalu. Ia menganggap bahwa pusat jagat raya adalah Bumi, sehingga Bumi ini dikelilingi oleh matahari dan bintang-bintang.

c. Anggapan Heliosentris
Semakin majunya alat penelitian dan sifat ilmuwan yang semakin kritis, menyebabkan bergesernya anggapan geosentris. Pandangan heliosentris (helios = matahari) dianggap sebagai pandangan yang revolusioner yang menempatkan matahari sebagai pusat alam semesta. Seorang mahasiswa kedokteran, ilmu pasti dan Astronomi, Nicholas Copernicus (1473–1543) pada tahun 1507 menulis buku ”De Revolutionibus Orbium Caelestium” (tentang revolusi peredaran benda-benda langit). Ia mengemukakan bahwa matahari merupakan pusat jagat raya yang dikelilingi planet-planet, bahwa bulan mengelilingi Bumi dan bersama-sama mengitari matahari, dan bahwa Bumi berputar ke timur yang menyebabkan siang dan malam.

d. Anggapan Galaktosentris
Galaktosentris (Galaxy = kumpulan jutaan bintang) merupakan anggapan yang menempatkan galaksi sebagai pusat Tata Surya. Galaktosentris dimulai tahun 1920 yang ditandai dengan pembangunan teleskop raksasa di Amerika Serikat, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih banyak mengenai galaksi.

Sumber : http://www.siswapedia.com/anggapan-tentang-jagat-raya-dan-alam-semesta/